Pendorong itu dirancang untuk meluncurkan sistem dan mempercepatnya menuju kecepatan hipersonik yang melebihi Mach 5, di mana bagian glide body akan terlepas dan menggunakan kecepatannya untuk mencapai target. Itu menjadi momen pertama kalinya keseluruhan sistem diuji coba dalam tes yang disebut All Up Round.
Diungkapkan Pentagon atau Departemen Pertahanan AS dalam pernyataannya bahwa sebuah anomali mencegah Departemen Pertahanan untuk menuntaskan keseluruhan uji coba. Namun Pentagon menambahkan bahwa itu bukanlah kegagalan total.
"Sementara Departemen tidak bisa mengumpulkan data soal keseluruhan profil penerbangan yang direncanakan, informasi yang dikumpulkan dari peristiwa ini akan memberikan wawasan penting," sebut juru bicara Pentagon, Letnan Komandan Tim Gorman, dalam pernyataannya.
Gorman tidak memberikan informasi tambahan secara detail soal bentuk anomali yang terjadi atau pada tahap uji coba yang mana anomali itu terjadi.
Hanya disebutkan oleh Gorman bahwa akan melakukan pengkajian terhadap uji coba tersebut untuk mencari tahu lebih dalam soal kegagalan itu dan menginformasikannya untuk uji coba selanjutnya di masa mendatang.
"Meluncurkan senjata hipersonik tetap menjadi prioritas utama dan Departemen meyakini bahwa hal itu masih berada dalam jalurnya untuk mengerahkan kemampuan hipersonik baik ofensif maupun defensif sesuai target pada awal tahun 2020-an," jelas Gorman dalam pernyataannya.
Pentagon diketahui meningkatkan penekanan pada pengembangan senjata hipersonik setelah para anggota parlemen AS mengkhawatirkan Washington DC tertinggal dari program hipersonik China dan Rusia.
Tahun lalu, China dilaporkan berhasil menguji coba senjata hipersonik yang mampu mengorbit dunia sebelum mengenai target. Sementara baru-baru ini, Rusia menjadi negara pertama yang menggunakan senjata hipersonik dalam perang ketika meluncurkan rudal Iskander dan Kinzhal ke wilayah Ukraina.
Kegagalan uji coba AS yang pertama dilaporkan media terkemuka Bloomberg ini menjadi kemunduran bagi AS dalam persaingan mengembangkan dan mengerahkan senjata hipersonik. Meskipun AS juga telah berhasil dalam sejumlah uji coba untuk program hipersonik lainnya. (BS/BM)
Hanya disebutkan oleh Gorman bahwa akan melakukan pengkajian terhadap uji coba tersebut untuk mencari tahu lebih dalam soal kegagalan itu dan menginformasikannya untuk uji coba selanjutnya di masa mendatang.
"Meluncurkan senjata hipersonik tetap menjadi prioritas utama dan Departemen meyakini bahwa hal itu masih berada dalam jalurnya untuk mengerahkan kemampuan hipersonik baik ofensif maupun defensif sesuai target pada awal tahun 2020-an," jelas Gorman dalam pernyataannya.
Pentagon diketahui meningkatkan penekanan pada pengembangan senjata hipersonik setelah para anggota parlemen AS mengkhawatirkan Washington DC tertinggal dari program hipersonik China dan Rusia.
Tahun lalu, China dilaporkan berhasil menguji coba senjata hipersonik yang mampu mengorbit dunia sebelum mengenai target. Sementara baru-baru ini, Rusia menjadi negara pertama yang menggunakan senjata hipersonik dalam perang ketika meluncurkan rudal Iskander dan Kinzhal ke wilayah Ukraina.
Kegagalan uji coba AS yang pertama dilaporkan media terkemuka Bloomberg ini menjadi kemunduran bagi AS dalam persaingan mengembangkan dan mengerahkan senjata hipersonik. Meskipun AS juga telah berhasil dalam sejumlah uji coba untuk program hipersonik lainnya. (BS/BM)